Langsung ke konten utama

Unggulan

Masa Dewasa Madya dalam Perspektif Biologis dan Psikologis

Pendahuluan Usia 40 hingga 60 tahun sering disebut sebagai masa dewasa madya (middle adulthood), fase kehidupan yang unik karena mempertemukan stabilitas hidup dengan tanda-tanda awal penuaan . Di usia ini, manusia telah mencapai puncak pengalaman dan tanggung jawab, baik secara profesional, sosial, maupun keluarga. Namun bersamaan dengan itu, mulai terjadi berbagai perubahan biologis yang menandai pergeseran fungsi tubuh. Artikel ini akan mengulas perkembangan pada usia 40–60 tahun dengan fokus pada: Aspek biologis : perubahan fisik, hormonal, dan sistem tubuh. Aspek psikologis : perubahan struktur makna diri dan identitas. I. Aspek Biologis: Tubuh yang Mulai Melambat Menurut Human Development oleh Ted Zerucha , masa dewasa madya adalah titik balik dari masa kematangan menuju penurunan fisiologis secara perlahan. Tubuh tidak lagi sekuat dua dekade sebelumnya, dan berbagai sistem mulai mengalami penurunan fungsi. 1. Perubahan Sistem Hormon Pada perempuan , terjadi ...

Analisis Risiko Perubahan Iklim di Jepang: Pendekatan Spasial Berbasis Data

    Jepang, sebagai negara kepulauan yang rentan terhadap perubahan iklim, menghadapi tantangan besar dalam mengelola risiko iklim. Penelitian yang dilakukan oleh Liu dan Masago dari National Institute for Environmental Studies berfokus pada pemetaan risiko perubahan iklim dengan mengintegrasikan zona dampak homogen (Homogeneous Impact Zones - HIZ) dan kompleksitas eksposur-kerentanan (Exposure-Vulnerability Complexes - EVC).

Pendekatan Multitier untuk Analisis Risiko

    Penelitian ini menggunakan data geospasial resolusi tinggi untuk memetakan pola risiko di seluruh Jepang. Pendekatan HIZ mengidentifikasi enam zona dampak yang mencakup variasi dampak iklim, seperti penurunan hasil padi, penyakit layu pinus, peningkatan kematian terkait panas, dan kerusakan banjir. Sementara itu, EVC digunakan untuk memetakan delapan wilayah yang mencerminkan pola eksposur dan kerentanan sosial-lingkungan.

Temuan Utama

Analisis menemukan bahwa risiko iklim sangat bervariasi secara geografis:

  1. Wilayah Perkotaan: Rentan terhadap kematian terkait panas dan kerusakan banjir akibat tingginya populasi dan infrastruktur yang padat.
  2. Wilayah Non-Perkotaan: Menghadapi risiko kehilangan hasil panen, ekspansi bambu, dan penyakit layu pinus, yang memengaruhi ekosistem hutan dan keanekaragaman hayati.
  3. Perbedaan Spasial: Risiko iklim di satu zona dampak dapat sangat berbeda tergantung pada eksposur dan kerentanan lokalnya.

Implikasi untuk Adaptasi

    Penelitian ini menyoroti pentingnya strategi adaptasi yang disesuaikan dengan kebutuhan regional. Kombinasi peta HIZ dan EVC memungkinkan pengambil kebijakan untuk mengidentifikasi risiko spesifik dan merancang intervensi yang tepat, seperti pengelolaan hutan untuk mitigasi penyakit pinus atau sistem peringatan dini di wilayah rawan banjir.

    Dengan pendekatan berbasis data, studi ini memberikan wawasan berharga untuk pengelolaan risiko iklim di Jepang, sekaligus menjadi model untuk negara lain menghadapi tantangan serupa.


Daftar Pustaka

  1. Liu, F., & Masago, Y. (2025). Assessing the geographical diversity of climate change risks in Japan by overlaying climatic impacts with exposure and vulnerability indicators. Science of the Total Environment, 959, 178076. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2024.178076

Catatan:

  • Artikel ini masih dalam pengembangan dan informasi yang dimuatnya dapat berubah seiring dengan kemajuan penelitian ilmiah.
  • Harap diperhatikan bahwa rincian spesifik yang disajikan dalam sumber ini akan bervariasi dan memerlukan akses langsung ke sumber tersebut untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang konten yang dijelaskan.

Komentar

Postingan Populer