Antibiotik Makrolida: Mekanisme Kerja, Jenis, dan Contoh
Makrolida adalah salah satu kelompok antibiotik yang sering digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri, terutama infeksi saluran pernapasan dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram-positif. Antibiotik ini memiliki struktur dasar makrosiklik lakton, yang merupakan cincin besar yang terhubung oleh jembatan lakton (oxoester).
Antibiotik makrolida pertama yang ditemukan adalah eritromisin, yang berasal dari Saccharopolyspora erythraea. Sejak ditemukan, makrolida telah berkembang menjadi beberapa generasi dengan spektrum aktivitas yang lebih luas dan peningkatan ketahanan terhadap resistensi bakteri.
Mekanisme Kerja Antibiotik Makrolida
Makrolida bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri melalui interaksi dengan subunit 50S ribosom. Mekanisme utama kerja makrolida adalah:
-
Menghambat elongasi rantai polipeptida
- Makrolida berikatan dengan peptidyl transferase center (PTC) pada 23S rRNA di subunit 50S.
- Hal ini menyebabkan pemutusan awal sintesis protein, sehingga bakteri tidak dapat memproduksi protein yang dibutuhkan untuk bertahan hidup.
-
Mencegah translokasi mRNA
- Makrolida mencegah perpindahan mRNA melalui ribosom, sehingga sintesis protein tidak dapat berlangsung dengan normal.
-
Efek bakteriostatik dan bakterisidal
- Sebagian besar makrolida bersifat bakteriostatik, yang berarti mereka menghambat pertumbuhan bakteri tanpa membunuhnya langsung.
- Namun, dalam konsentrasi tinggi, beberapa makrolida dapat bersifat bakterisidal, terutama terhadap bakteri tertentu.
Jenis-Jenis Antibiotik Makrolida dan Contohnya
Makrolida diklasifikasikan berdasarkan ukuran cincin lakton dan modifikasi strukturalnya.
1. Generasi Pertama (Makrolida Klasik)
- Eritromisin
- Makrolida pertama yang ditemukan, memiliki cincin lakton 14-anggota.
- Efektif melawan bakteri Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, dan Mycoplasma pneumoniae.
- Sering digunakan untuk infeksi saluran pernapasan dan infeksi kulit.
2. Generasi Kedua (Makrolida yang Dimodifikasi)
-
Klaritromisin
- Memiliki modifikasi pada struktur eritromisin yang meningkatkan stabilitas asam di lambung.
- Lebih efektif terhadap Helicobacter pylori, yang menyebabkan tukak lambung.
- Digunakan dalam terapi kombinasi untuk eradikasi H. pylori.
-
Azitromisin
- Merupakan makrolida 15-anggota yang lebih stabil dan memiliki waktu paruh lebih panjang dibanding eritromisin.
- Banyak digunakan untuk infeksi saluran pernapasan, klamidia, dan infeksi kulit.
3. Generasi Ketiga (Ketolida)
- Telitromisin
- Dikembangkan untuk mengatasi resistensi terhadap eritromisin dan klaritromisin.
- Efektif melawan Streptococcus pneumoniae yang resisten terhadap makrolida generasi sebelumnya.
Resistensi terhadap Antibiotik Makrolida
Seperti antibiotik lainnya, makrolida menghadapi tantangan resistensi bakteri. Mekanisme resistensi utama meliputi:
-
Modifikasi Target Ribosom
- Bakteri dapat melakukan metilasi pada 23S rRNA di subunit 50S, sehingga makrolida tidak dapat berikatan dengan ribosom.
-
Pompa Efluks
- Beberapa bakteri memiliki sistem pompa efluks, yang memompa antibiotik keluar dari sel sebelum dapat bekerja.
-
Enzim Hidrolitik
- Beberapa enzim dapat mengurai struktur makrolida dan membuatnya tidak efektif.
Penggunaan Klinis Antibiotik Makrolida
Makrolida digunakan untuk berbagai infeksi, termasuk:
- Infeksi saluran pernapasan (Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae)
- Infeksi kulit dan jaringan lunak (Staphylococcus aureus)
- Penyakit menular seksual (Chlamydia trachomatis)
- Terapi eradikasi Helicobacter pylori
Makrolida juga sering digunakan sebagai alternatif bagi pasien yang alergi terhadap antibiotik β-laktam seperti penisilin.
Kesimpulan
Catatan:
- Artikel ini masih dalam pengembangan dan informasi yang dimuatnya dapat berubah seiring dengan kemajuan penelitian ilmiah.
- Harap diperhatikan bahwa rincian spesifik yang disajikan dalam sumber ini akan bervariasi dan memerlukan akses langsung ke sumber tersebut untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang konten yang dijelaskan.
Komentar
Posting Komentar