Antibiotik Tetrasiklin: Mekanisme Kerja, Jenis, dan Contohnya
Tetrasiklin adalah kelompok antibiotik yang bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri. Antibiotik ini ditemukan pada akhir 1940-an dan menjadi salah satu antibiotik spektrum luas pertama yang digunakan dalam dunia medis. Tetrasiklin berasal dari Streptomyces, genus bakteri tanah yang menghasilkan berbagai antibiotik alami.
Kelompok antibiotik ini efektif terhadap berbagai bakteri Gram-positif dan Gram-negatif serta beberapa mikroorganisme lain seperti Mycoplasma, Chlamydia, dan Rickettsia. Namun, resistensi bakteri terhadap tetrasiklin semakin meningkat, sehingga pengembangannya terus berlanjut hingga generasi terbaru seperti tigecycline.
Mekanisme Kerja Antibiotik Tetrasiklin
Tetrasiklin bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri melalui interaksi dengan subunit ribosom 30S. Mekanisme utama kerja tetrasiklin adalah:
-
Pengikatan ke subunit 30S ribosom
- Tetrasiklin berikatan dengan 16S rRNA di ribosom bakteri, tepatnya di dekat situs A.
- Pengikatan ini menghalangi masuknya aminoacyl-tRNA ke dalam situs A ribosom, mencegah elongasi rantai polipeptida.
-
Gangguan translasi mRNA
- Karena aminoacyl-tRNA tidak dapat masuk, proses sintesis protein terhenti.
- Akibatnya, bakteri tidak dapat menghasilkan protein yang diperlukan untuk pertumbuhan dan replikasi, sehingga akhirnya mati atau pertumbuhannya terhambat (efek bakteriostatik).
Jenis-Jenis Antibiotik Tetrasiklin dan Contohnya
Tetrasiklin diklasifikasikan berdasarkan generasi dan modifikasi strukturnya.
1. Generasi Pertama (Tetrasiklin Klasik)
-
Klorotetrasiklin (Aureomisin)
- Antibiotik tetrasiklin pertama yang ditemukan pada tahun 1948 dari Streptomyces aureofaciens.
- Digunakan dalam infeksi saluran pernapasan dan infeksi saluran kemih.
-
Oksitetrasiklin
- Ditemukan pada tahun 1950 dari Streptomyces rimosus.
- Efektif untuk infeksi kulit, mata, dan saluran kemih.
-
Tetrasiklin
- Bentuk yang lebih stabil dari oksitetrasiklin.
- Digunakan dalam pengobatan pneumonia, klamidia, dan jerawat parah.
2. Generasi Kedua (Tetrasiklin yang Dimodifikasi)
-
Minosiklin
- Lebih lipofilik, sehingga lebih baik dalam penetrasi jaringan.
- Digunakan untuk infeksi saluran pernapasan, meningitis, dan jerawat parah.
-
Doksisiklin
- Memiliki waktu paruh yang lebih panjang, sehingga cukup dikonsumsi sekali sehari.
- Efektif terhadap Borrelia burgdorferi (penyebab penyakit Lyme) dan Rickettsia (penyebab demam berbintik).
3. Generasi Ketiga (Tetrasiklin Semisintetik/Glisilsiklin)
- Tigecycline
- Merupakan turunan dari minosiklin dengan modifikasi yang membuatnya lebih tahan terhadap resistensi bakteri.
- Digunakan dalam pengobatan infeksi bakteri resisten seperti MRSA dan Acinetobacter baumannii.
Resistensi terhadap Antibiotik Tetrasiklin
Seiring waktu, banyak bakteri mengembangkan resistensi terhadap tetrasiklin melalui berbagai mekanisme:
-
Pompa Efluks
- Bakteri memiliki sistem transportasi yang mengeluarkan tetrasiklin dari dalam sel sebelum mencapai targetnya.
- Contoh bakteri yang memiliki mekanisme ini adalah Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa.
-
Modifikasi Ribosom
- Beberapa bakteri mengalami mutasi pada 16S rRNA sehingga tetrasiklin tidak dapat berikatan secara efektif.
-
Proteksi Ribosom
- Protein khusus yang diproduksi oleh bakteri dapat melindungi ribosom dari efek penghambatan tetrasiklin.
-
Enzim Inaktivasi
- Beberapa enzim dapat mengubah struktur kimia tetrasiklin, membuatnya tidak efektif.
Penggunaan Klinis Antibiotik Tetrasiklin
Tetrasiklin banyak digunakan dalam berbagai infeksi, termasuk:
- Infeksi Saluran Pernapasan (Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae)
- Infeksi Menular Seksual (Chlamydia trachomatis)
- Penyakit Lyme (Borrelia burgdorferi)
- Demam Berbintik Rocky Mountain (Rickettsia rickettsii)
- Jerawat Parah (Doksisiklin dan Minosiklin)
Selain itu, tetrasiklin juga digunakan dalam veteriner dan pertanian, meskipun penggunaannya mulai dibatasi untuk mencegah resistensi antibiotik.
Kesimpulan
Tetrasiklin adalah antibiotik spektrum luas yang bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri melalui interaksi dengan ribosom 30S. Kelompok ini mencakup antibiotik klasik seperti tetrasiklin dan oksitetrasiklin, serta turunan modern seperti tigecycline yang dikembangkan untuk mengatasi resistensi bakteri. Namun, meningkatnya resistensi bakteri terhadap tetrasiklin menjadi tantangan utama, sehingga penggunaannya harus lebih bijak dan diawasi dengan ketat.
Daftar Pustaka:
Walsh, C., & Wencewicz, T. (2021). Antibiotics: Challenges, Mechanisms, Opportunities. ASM Press.
Catatan:
- Artikel ini masih dalam pengembangan dan informasi yang dimuatnya dapat berubah seiring dengan kemajuan penelitian ilmiah.
- Harap diperhatikan bahwa rincian spesifik yang disajikan dalam sumber ini akan bervariasi dan memerlukan akses langsung ke sumber tersebut untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang konten yang dijelaskan.
Komentar
Posting Komentar