Langsung ke konten utama

Unggulan

Masa Dewasa Madya dalam Perspektif Biologis dan Psikologis

Pendahuluan Usia 40 hingga 60 tahun sering disebut sebagai masa dewasa madya (middle adulthood), fase kehidupan yang unik karena mempertemukan stabilitas hidup dengan tanda-tanda awal penuaan . Di usia ini, manusia telah mencapai puncak pengalaman dan tanggung jawab, baik secara profesional, sosial, maupun keluarga. Namun bersamaan dengan itu, mulai terjadi berbagai perubahan biologis yang menandai pergeseran fungsi tubuh. Artikel ini akan mengulas perkembangan pada usia 40–60 tahun dengan fokus pada: Aspek biologis : perubahan fisik, hormonal, dan sistem tubuh. Aspek psikologis : perubahan struktur makna diri dan identitas. I. Aspek Biologis: Tubuh yang Mulai Melambat Menurut Human Development oleh Ted Zerucha , masa dewasa madya adalah titik balik dari masa kematangan menuju penurunan fisiologis secara perlahan. Tubuh tidak lagi sekuat dua dekade sebelumnya, dan berbagai sistem mulai mengalami penurunan fungsi. 1. Perubahan Sistem Hormon Pada perempuan , terjadi ...

Kasus Langka Infeksi Amoebiasis di Italia: Kolitis Amoeba dan Abses Hati

Pendahuluan

    Amoebiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit Entamoeba histolytica dan menjadi penyebab kematian tertinggi kedua di antara penyakit parasit, dengan sekitar 100.000 kematian setiap tahun di dunia. Infeksi ini umumnya terjadi di negara berpenghasilan rendah seperti di Amerika Tengah dan Selatan, Afrika, dan Asia. Di negara maju seperti Italia, kasus amoebiasis biasanya terjadi pada orang yang pernah bepergian ke daerah endemik atau memiliki faktor risiko tertentu seperti gangguan imun atau aktivitas seksual tertentu.

    Artikel ini membahas kasus langka seorang pasien di Italia yang mengalami infeksi E. histolytica secara invasif tanpa riwayat perjalanan ke daerah endemik atau faktor risiko yang jelas.

Laporan Kasus

    Seorang wanita Italia berusia 37 tahun datang ke rumah sakit dengan demam tinggi (39,5°C) dan sakit perut selama lima hari. Sebelumnya, selama dua bulan, ia mengalami muntah, diare berdarah, dan kehilangan berat badan. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya peradangan yang parah dan gangguan fungsi hati.

    Dokter melakukan kolonoskopi dan mengambil sampel jaringan usus. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya E. histolytica dalam bentuk trophozoites (bentuk aktif parasit) yang sedang menyerang sel darah merah. Tes PCR dari tinja juga mengonfirmasi adanya infeksi E. histolytica, meskipun pemeriksaan darah awal (serologi) tidak menunjukkan adanya antibodi terhadap parasit ini. Selain itu, pemeriksaan ultrasonografi mendeteksi abses atau luka di hati berukuran 5×6 cm.

    Pasien kemudian diberikan obat metronidazole selama 14 hari dan paromomycin selama 10 hari untuk membunuh parasit di usus. Setelah perawatan, gejala pasien berangsur membaik dan pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan abses hati mulai mengecil dalam empat minggu.

Analisis dan Pembahasan

  1. Mengapa Kasus Ini Langka?

    • Pasien tidak memiliki faktor risiko seperti perjalanan ke daerah endemik, penggunaan obat imunosupresan, atau kontak seksual yang berisiko tinggi.
    • Ini menunjukkan kemungkinan adanya sumber infeksi lokal yang belum diketahui.
  2. Bagaimana Infeksi Menyebar ke Hati?

    • Sebagian besar orang yang terinfeksi E. histolytica tidak menunjukkan gejala. Hanya sekitar 1% yang mengalami infeksi parah.
    • Dalam kasus ini, infeksi di usus berkembang menjadi abses hati, yang merupakan komplikasi paling umum dari amoebiasis invasif.
    • Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kondisi tubuh pasien atau penggunaan antibiotik sebelumnya yang mengubah keseimbangan bakteri usus.
  3. Tantangan dalam Diagnosis

    • Tes serologi awal tidak mendeteksi infeksi karena sistem imun pasien mungkin belum membentuk antibodi.
    • PCR pada tinja lebih akurat dalam mendeteksi infeksi E. histolytica dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik biasa.

Kesimpulan

    Kasus ini menunjukkan bahwa amoebiasis invasif dapat terjadi bahkan di negara-negara non-endemik dan tanpa faktor risiko yang jelas. Oleh karena itu, dokter perlu mempertimbangkan kemungkinan infeksi ini pada pasien dengan gejala seperti diare berdarah dan abses hati. Metode PCR terbukti lebih akurat untuk diagnosis dibandingkan dengan tes serologi biasa.

Daftar Pustaka

  1. De Francesco, M. A., Villanacci, V., Pasini, M., Ciccarone, A., Bertoni, F., Gottardi, F., & Tomasoni, L. R. (2024). Amoebic colitis and liver abscess: A rare case of autochthonous invasive infection due to Entamoeba histolytica. Journal of Infection and Public Health, 17(2024), 464–466. https://doi.org/10.1016/j.jiph.2023.12.027

Catatan:

  • Artikel ini masih dalam pengembangan dan informasi yang dimuatnya dapat berubah seiring dengan kemajuan penelitian ilmiah.
  • Harap diperhatikan bahwa rincian spesifik yang disajikan dalam sumber ini akan bervariasi dan memerlukan akses langsung ke sumber tersebut untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang konten yang dijelaskan.

Komentar

Postingan Populer