Unggulan

Memahami Demensia: Antara Tantangan dan Kehidupan yang Bermakna

Apa Itu Demensia?

Demensia adalah kondisi yang menyebabkan penurunan kemampuan berpikir, mengingat, dan berperilaku sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2023), lebih dari 55 juta orang di dunia hidup dengan demensia.

Banyak orang mengira bahwa demensia sama dengan Alzheimer, padahal Alzheimer hanyalah salah satu jenis demensia. Ada pula jenis lain seperti Lewy Body Dementia (LBD) yang juga cukup sering terjadi, tetapi masih kurang dikenal oleh masyarakat.


Jenis dan Gejala Demensia

  1. Alzheimer’s Disease (AD)
    Alzheimer adalah jenis demensia yang paling umum. Gejala utamanya adalah gangguan daya ingat jangka pendek, disorientasi terhadap waktu dan tempat, serta kesulitan dalam berpikir dan membuat keputusan.
    Menurut penelitian di Irlandia oleh Conlon dan rekan-rekannya (2025), banyak penderita Alzheimer tidak menyadari gejala awalnya. Biasanya keluarga yang pertama kali menyadari adanya perubahan, seperti sering lupa atau bingung di tempat yang dikenal.

  2. Lewy Body Dementia (LBD)
    LBD memiliki gejala yang lebih kompleks, seperti gangguan tidur (REM disorder), halusinasi visual, perubahan suasana hati, dan gejala motorik yang mirip Parkinson. Karena gejalanya beragam, LBD sering salah didiagnosis sebagai depresi atau gangguan kecemasan.
    Penelitian yang sama menemukan bahwa hanya sekitar 5% penderita LBD mendapatkan diagnosis yang tepat sejak awal, karena keterbatasan pemeriksaan dan kurangnya pengetahuan dokter umum tentang penyakit ini.


Proses Diagnosis dan Perawatan

Untuk mendapat diagnosis demensia, pasien biasanya mulai dari dokter umum, kemudian dirujuk ke klinik memori atau dokter saraf. Pemeriksaan dapat mencakup tes daya ingat, pemindaian otak (MRI atau PET scan), bahkan DaT scan untuk mendeteksi LBD.

Namun, penelitian Conlon dkk. (2025) menemukan bahwa jalur diagnosis di Irlandia masih tidak merata. Pasien di kota besar seperti Dublin lebih mudah mendapatkan layanan, sedangkan yang tinggal di daerah pedesaan sering kali harus menunggu lama. Hal ini menunjukkan perlunya sistem pelayanan kesehatan yang lebih adil dan merata bagi semua jenis demensia.


Kehidupan Setelah Diagnosis

Setelah didiagnosis, banyak penderita demensia merasa bingung dan cemas. Sayangnya, dukungan setelah diagnosis masih terbatas. Kebanyakan pasien mengandalkan keluarga dan teman sebagai sumber utama bantuan.

Beberapa organisasi, seperti Alzheimer Society, menyediakan kelompok dukungan dan kegiatan sosial yang membantu pasien tetap aktif. Ada juga kelompok daring (online) yang memungkinkan penderita LBD dari berbagai negara saling berbagi pengalaman melalui aplikasi seperti Zoom.
Salah satu peserta penelitian mengatakan, “Pengetahuan adalah segalanya. Dengan berbicara bersama orang yang senasib, saya jadi lebih mengerti tentang penyakit ini dan tidak merasa sendirian.”

Sayangnya, stigma sosial masih tinggi. Banyak penderita merasa diremehkan atau tidak dilibatkan dalam pembicaraan tentang kondisi mereka. Bahkan, sebagian tenaga kesehatan lebih sering berbicara kepada pendamping pasien daripada kepada pasien sendiri. Hal ini membuat penderita merasa kehilangan kendali atas hidupnya.


Kehidupan Emosional Penderita Demensia

Selama ini banyak orang menganggap bahwa penderita demensia kehilangan kemampuan untuk merasakan emosi. Namun penelitian terbaru membantah anggapan tersebut.

Peneliti dari Jepang, Onzo dan rekan-rekannya (2025), menganalisis 88 wawancara dengan orang-orang yang hidup dengan demensia. Hasilnya mengejutkan: emosi yang paling sering muncul adalah kebahagiaan, bukan ketakutan atau kesedihan seperti yang dibayangkan masyarakat.

Mereka menemukan bahwa:

  • Penderita masih bisa tertawa, bercanda, dan merasa bahagia.

  • Mereka sering menunjukkan optimisme dan humor, misalnya mengubah kesalahan menjadi sesuatu yang positif.

  • Mereka sadar akan kondisi mereka, tetapi berusaha menemukan cara untuk tetap hidup dengan berarti.

Artinya, walaupun fungsi kognitif menurun, kecerdasan emosional dan perasaan manusiawi tetap bertahan. Dukungan sosial yang hangat dapat memperkuat rasa bahagia dan mengurangi stres bagi mereka.


Kesimpulan

Demensia bukan hanya soal kehilangan ingatan. Ini adalah perjalanan hidup yang penuh tantangan, tetapi juga penuh makna.
Dari dua penelitian besar tersebut dapat disimpulkan bahwa:

  • Penderita demensia menghadapi hambatan besar dalam diagnosis dan akses layanan.

  • Mereka masih memiliki emosi yang kaya dan positif bila didukung dengan kasih sayang dan penerimaan.

  • Masyarakat perlu lebih memahami bahwa setiap orang dengan demensia masih bisa merasa, berpikir, dan berbahagia.

Dengan pemahaman yang lebih manusiawi, kita bisa membantu mereka menjalani hidup dengan martabat, cinta, dan kemandirian.


Daftar Pustaka (APA 7th Edition)


Catatan:

  • Artikel ini masih dalam pengembangan dan informasi yang dimuatnya dapat berubah seiring dengan kemajuan penelitian ilmiah.
  • Harap diperhatikan bahwa rincian spesifik yang disajikan dalam sumber ini akan bervariasi dan memerlukan akses langsung ke sumber tersebut untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang konten yang dijelaskan.

Komentar

Postingan Populer